Lelah Tunggu Janji, Warga Palopo Nekat Ngutang untuk Bangun Rumah Demi Cucu, Tapi Masih Tak Laik Huni
INDEKSMEDIA.ID – Muliani, salah seorang warga Palopo yang beberapa waktu lalu viral lantaran dilanda kemiskinan ekstrim, sampai hari ini belum mendapatkan hunian yang layak.
Padahal, semenjak viral tiga bulan lalu, banyak pihak yang ingin membantu Muliani mengatasi kemiskinan yang dia alami. Termasuk membangunkan rumah laik huni.
Namun, janji hanya tinggal janji. Tak ada satu pun pihak yang merealisasikan merenovasi rumah wanita yang telah 10 tahun jadi warga Palopo itu.
Tiga bulan lalu rawa dan pembuangan masih saja halaman rumahnya. Kondisi itu diperparah dengan dinding yang tak kokoh, serta atap hunian nenek dua cucu itu yang bocor.
Kondisi rumahnya kini ada sedikit perubahan. Namun, kesan tak laik huni masih tak bisa lepas dari rumah ibu empat anak itu.
Nampak dari kejauhan, rumah Muliani yang sebelumnya di bawah tanah bersampingkan rawa, kini telah dibangun menjadi rumah berdiri dengan tiang kayu.
Rumah yang dibangun dengan kondisi seadanya tersebut, terlihat menampilkan sedikit kelegaan bagi Muliani.
Perempuan 36 Tahun tersebut, mengungkapkan kepada tim indeksmedia.id bahwa dirinya nekat membangun rumah tersebut meskipun dalam kondisi ekonomi yang sangat terbatas.
Kenekatan itu terjadi dengan meminjam bahan material, yang jumlahnya hampir mencapai Rp.3 Juta untuk papan dan atap bekas.
Serta biaya tukang yang membangunnya pun, belum mampu untuk dibayarnya.
Bahan pelengkap lainnya, ia hanya menggunakan bahan atap dan tripleks bekas rumah dulu yang bocor, sebagai dinding rumahnya kini.
Menurut penuturannya, yang mendorongnya nekat melakukan hal ini karena ia memiliki dua cucu yang usianya belum genap setahun, yang harus merasakan banjir dan kehujanan tatkala hujan kecil melanda.
Meski telah terbangun, namun kondisi tersebut masih tergolong sangat tidak laik huni.
Rumah yang dihuni sembilan orang tersebut, tidak memiliki sekat antara bagian kamar, dapur dan ruangan lain yang biasanya terdapat dalam rumah.
Rumah itu juga tak memiliki WC serta tak memiliki kamar mandi yang laik.
Diketahui selama ini, Muliani dan anggota keluarganya menumpang di tetangga untuk buang air besar, bahkan pada kondisi tertentu ia terpaksa melakukannya di semak-semak yang berawa samping rumahnya.
Inilah derita hidup Muliani, ia masih dengan sangat berharap sembari terus mengusahakan agar kondisi rumahnya bisa dihuni dengan layak.
Agar tak lagi bersusah payah menyiapkan baskom dan alat dapur lainnya untuk menampung air hujan sebab atap yang bocor.
Dan agar tak lagi bersusah payah menenangkan anak dan cucunya, tatkala banjir menerjang rumahnya yang reyot. (*)