Mengenal Tradisi Rebo Wekasan, Kapan dan Apa Saja Kegiatannya

INDEKSMEDIA.ID – Rebo Wekasan merupakan bahasa Jawa yang jika diartikan akan menjadi rabu pungkasan atau rabu terakhir.

Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan sendiri adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Berdasarkan penanggalan tahun baru hijriyah, bulan Safar adalah bulan kedua.

Masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura memiliki tradisi pada Rebo Wekasan.

Pada 2023, Rabu Wekasan ini jatuh pada tanggal 13 September 2023.

Rebu Wekasan dipercaya sebagai hari paling sial bagi sebagian orang.

Rebo Wekasan dianggap sebagai hari-hari datangnya 320.000 sumber penyakit dan marabahaya 320.000 bencana.

Maka dari itu dibeberapa daerah akan melakukan tirakat atau usaha untuk mencegah kesialan terjadi.

Tradisi ini kental dengan nuansa Religius (Islam) dan meluas di Jawa (Pantura).

Bagi umat Islam, tradisi ini dipercaya sebagai hari pertama Nabi Muhammad SAW jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia.

Adapun rangkaiannya biasanya dimulai dari tahlilan, zikir bersama, salat sunah, dan berbagi makanan yang dipercaya dapat menolak bala.

Mengutip laman islam.nu.or.id, tradisi Rebo Wekasan pertama kali diadakan pada zaman kejayaan Wali Songo.

Banyak ulama saat itu menyebutkan bahwa pada bulan Safar, ada lebih dari 500 macam penyakit yang turun ke bumi.

Sehingga dilakukanlah sejumlah kegiatan seperti yang disebutkan sebelumnya dengan maksud untuk mengantisipasi datangnya penyakit dan agar terhindar dari musibah.

Hingga kini, tradisi tersebut masih dilestarikan oleh sebagian umat Islam di Indonesia dengan sebutan Rebo Wekasan atau Rabu Pungkasan.

Dilansir dari gresikkab.go.id, daerah yang masih melakukan tradisi Rebo Wekasan adalah daerah pesisir yang dikenal relatif lebih dulu, kuat, dan kosmopolit keislamannya dibanding daerah Pedalaman Jawa.

Daerah pesisir tersebut seperti Gresik, Probolinggo, Situbondo, Pasuruan (Jatim), Tasikmalaya, Cirebon (Jabar), Pandeglang, Serang (Banten).

Daerah-daerah ini memiliki nama tersendiri untuk menyebutkan Rebo Wekasan antara lain sedekah ketupat di daerah Dayeuhluhur, Cilacap.

Upacara Rebo Pungkasan, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta, Tradisi Ngirab, di daerah Kawasan Cirebonan, Safaran di beberapa daerah Pantura, dan Rebo Wekasan di Desa Suci, Kec. Manyar, Gresik Sendiri.

Pendapat lain menyebutkan jika tradisi Rebo Wekasan ini baru muncul pada awal abad ke-17 di Aceh, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.

Tradisi Rebo Wekasan nyatanya diadakan juga oleh sebagian masyarakat di berbagai wilayah Indonesia seperti di Aceh yang menyebutnya dengan istilah Makmegang.

Setiap daerah punya cara tersendiri melaksanakan tradisi Rebo Wekasan ini.

Misalnya di Banyuwangi yang diperingati dengan mengadakan tradisi petik laut di Pantai Waru Doyong.

Selain itu, ada pula tradisi Rebo Wekasan di Banyuwangi yang diadakan dengan cara makan nasi yang dibuat secara khusus di tepi jalan.

Di Kalimantan Selatan, tradisi Rebo Wekasan disebut Arba Mustamir dengan kegiatan seperti shalat sunah dan doa tolak bala.

Tradisi Rebo Wekasan juga diperingati secara meriah di Wonokromo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tradisi ini dilakukan dengan membuat lemper raksasa dan dibagikan kepada masyarakat yang menghadiri acara ini.

Dikutip dari Tribun News, dalam sebuah dialog, Wakil Pimpinan Redaksi Tribun Timur, AS Kambie menjelaskan tentang Rebo Wekasan.

AS Kambie mengatakan jika di Sulawesi Selatan, Rebo Wekasan disebut dengan Cappu Araba.

Dia menjelaskan bahwa sebagian wilayah di Sulsel seperti di pulau di Kab. Pangkep juga melakukan tradisi ini.

Bahkan dia menyebutkan pada hari Rabu terakhir bulan Safar ini warga berlomba-lomba mandi air laut.

Mereka meyakini dengan mandi air laut supaya terhindar dari berbagai macam jenis penyakit.***