Mengenal Budaya Narsisme: Patalogi Sosial di Era Modernitas

INDEKSMEDIA.ID – Pernahkah kamu bertemu atau berteman dengan orang yang amat terobsesi dengan dirinya sendiri, mengekspresikan dirinya tanpa peduli dengan orang lain? Boleh jadi ia mengidap narsisme yang telah menjadi budaya di era modern ini.

Narsisme itu semacam patologi sosial yang telah menjangkit masyarakat. Budaya narsisme adalah kebiasaan yang dilakukan akibat paham yang menganggap diri sendiri merupakan hal yang sangat penting, sehingga perlu untuk dipuji dan dikagumi.

Implikasi dari budaya narsisme ini adalah, person menjadi lebih sering merias diri, berjam-jam di depan cermin, cenderung sakit hati bila penampilannya tak mendapat pujian, dan bahkan rela melakukan segala cara demi mendapat pengakuan.

Narsis berasal dari bahasa inggris ‘narcissism’ yang bermakna ‘perasaan cinta yang berlebih terhadap diri sendiri’.

Kata narcissism sendiri dapat dilacak pada mitos Romawi kuno, di mana seorang pemuda bernama Narcissus jatuh cinta pada bayangannya sendiri yang dilihatnya di permukaan air.

Kecintaan yang amat besar terhadap dirinya sendiri membuat Narcissus menjadi gila, dan akhirnya memutuskan mengakhiri hidupnya.

Sebenarnya, rasa percaya diri merupakan modal untuk mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya.

Meski demikian, rasa percaya diri yang berlebihan juga berpotensi menjadikan seseorang mengidap gangguan kepribadian narsistik (Narcisistic Personality Disorder).

Menurut seorang ahli psikologi Sigmun Freud, narsisme adalah rasa cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme berakibat pada sikap mementingkan diri sendiri.

Di era modern ini, perkembangan teknologi menjadikan kita perlu lebih bijak dalam memanfaatkannya, agar benih narsisme pada diri kita tidak semakin menjadi-jadi karena pengaruh informasi yang berseliweran di sosial media.

Oleh karenanya, kita membutuhkan sesuatu yang berfungsi sebagai pengendalian diri, dan yang paling mendasar adalah pengenalan atas diri.

Seseorang perlu mengenali dirinya. Meramu satu tujuan hidup sehingga segenap tindak-tanduknya mengarah pada satu hal, yang pada gilirannya seseorang dapat meminimalisir perilaku remeh-temeh dan tidak terlena dengan pencapaian yang tidak subtansial.

Penulis: Muhammad Ali Asytar