Posi’ Bola dan Singkerru Mula Jaji, Tradisi dan Budaya Luwu yang Perlu Kalian Ketahui Maknanya

INDEKSMEDIA.ID — Luwu merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.

Karena itu, Tana Luwu amat sulit lepas dari kekayaan makna dan kearifan budaya.

Salah satu budaya kemanusiaan yang amat bermakna tertuang di Tana Luwu adalah pandangan masyarakatnya tentang posi’ bola yang memiliki kaitan dengan singkerru mula jaji.

Hampir setiap rumah di Tana Luwu, umumnya Sulawesi Selatan, memiliki posi bola. Hal semacam ini sangat disakralkan.

Lalu apa arti posi bola dan singkerru mula jaji? Inilah dia temuan makna yang mendalam dari indeksmedia.

“Jadi, dulu itu, disakralkan sekali yang namanya posi bola (pusat rumah), sampai sekarang juga masih ada yang begitu,” kata Maddika Bua kepada indeksmedia.id, Jumat (19/5).

“Hal ini juga ada hubungannya dengan kayu Cina Duri yang ada di Masjid Jami, juga ada pusat Masjid di sana, bahkan ada yang sempat curi. Karena memang disakralkan,” bebernya.

Hal semacan itu, kata Maddika, tidak dibuat semata-mata dibuat tanpa makna dan simbol yang hendak disampaikan.

“Setiap hal mesti ada poros (pusat)-nya. Begitu juga bumi, ada porosnya. Seperti itu juga pandangan sains. Pasti ada poros. Itulah makna yang harus kita ketahui,” tegas Maddika.

“Nah, justru ada makna mendalam di sini. Ada istilah singkerru mula jaji. Singkerru artinya ikatan, dan mula Jaji artinya asal kejadian,” katanya.

“Kalau ingin diartikan istilah itu maksudnya adalah ‘ikatan sejak lahir‘. Jadi ada janji kita sejak lahir. Karena itulah kita bisa lahir,” paparnya.

Andi Syaifudddin juga mengatakan bahwa, apa yang dimaksud hubungan antara posi bola dan singkerru mula jaji adalah tiap-tiap hal di dunia dan kehidupan ini memiliki pusat dan awal mula kejadiannya.

“Artinya apa, segala hal memiliki pusat. Tanpa suatu pusat, sesuatu tak bisa hadir. Begitu juga bumi. Manusia pun demikian, ia memiliki pusat. Itulah manusia, sejak awal kejadiannya ada fitrah. Apalagi bicara soal segala sesuatu (wujud), juga punya titik pusat,” tegas Opu To Sattiaraja.

“Sementara singkerru mula jaji harus selalu memiliki simbol dalam hidup kita, karena dari situlah manusia lahir. Tanpa itu mereka tak bisa lahir. Karena itu adalah pusat sesuatu.

Dan karena itu juga, “manusia harus memegang teguh prinsip ini, karena ini adalah fitrah manusia. Lantaran fitrah manusia adalah kebaikan, keadilan dan kemanusiaan, maka mereka sudah semestinya menegakkan hal demikian di muka bumi ini, ” tutup Maddika.