INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Datang ke Palopo, Harus Pegang Tiang Masjid Jami? Inilah Budaya yang Mesti Anda Ketahui

Pintu masuk Masjid Jami Palopo, terlihat di dalam ada kayu Posi' bangunan, salah satu peninggalan budaya Tana Luwu (indeksmedia.id/Gua Ji)

INDEKSMEDIA.ID — Di kota Palopo, salah satu daerah kekuasaan kerajaan Luwu, masih meninggalkan warisan budaya yang begitu mengejutkan.

Faktanya, ada banyak situs budaya, artefak, cerita rakyat, pelestarian mitos dan hingga saat ini, perkembangan Islam begitu pesat.

Apalagi, yang amat mengesankan adalah, hadirnya proyek untuk menjembatani antara Islam dan Budaya Tana Luwu.

Karena itu, budaya Islam menjadi bagian pengisi budaya Tana Luwu. Salah satunya adalah bangunan Masjid Jami yang nuansa klasiknya menghiasi kota Idaman.

Banyak yang mengajukan pertanyaan, mengapa sih orang tidak disebut menginjakkan kaki di Tana Luwu apabila tidak menyentuh tiang posi‘ (pusat) Masjid Jami?

Barangkali juga sahabat indeksmesdia belum mengetahui jelas perkara tersebut. Berikut ini penjelasannya.

“Kenapa orang baru datang di Luwu, tidak sah injak Luwu kalau belum pegang posi Masjid Jami?” Tanya Maddika Bua kepada indeksmedia.id, Jumat (19/5).

“Padahal, sebenarnya masih banyak juga orang-orang Luwu sendiri yang belum pernah pegang kayu itu,” bebernya.

Kata Maddika, “ternyata itu hanyalah salah satu trik jaman dulu untuk mengislamkan orang-orang Luwu mula-mulanya.”

“Jadi, kalau mau injak Tana Luwu, masuk Masjid Jami dulu. Apabila sudah masuk Masjid mau pegang kayu itu, yah jangan dulu. Ada syaratnya, yaitu syariat Islam,” tambahnya.

Kayu Cina Duri di tengah-tengah Masjid Jami Palopo (indeksmedia.id/Gus Ji)

Kata Maddika, “karena era itu memang yang disebut sebagai posi’ bola (pusat bangunan) benar-benar disakralkan. Begitu juga di Masjid Jami.”

Bahkan, kata Opu Maddika, kayu yang diduga Cina Duri itu dikabarkan pernah dicuri.

“Ya biasa dicuri, karena orang anggap sakral. Begitu juga posi’ bola. Tentu ada alasannya kenapa begitu.

Sekarang kan masih ada banyak orang yang menyakralan posi bola. Di rumah-rumah kita masih ada. Dan memang ada makannya,” tandasnya.