Bantah Pernyataan PT. Vale Indonesia, Petani Merica Loeha: Hentikan Eksplorasi Tambang di Tanamalia

INDEKSMEDIA.ID – Pernyataan PT. Vale Indonesia yang mengaku pihaknya telah menggelar sosialisasi pra eksplorasi dibantah keras para petani merica di Desa Loeha, Towuti, Luwu Timur.

Petani Desa Loeha menganggap bahwa pernyataan yang disampaikan Kepala Komunikasi PT. Vale Indonesia tidak sesuai dengan kenyataan dan fakta lapangan.

Resa, salah serang petani merica mengatakan bahwa dirinya bersama ptani lainnya tidak pernah dilibatkan dalam sosialisasi maupun konsultasi publik  PT. Vale Indoensia.

“Saya menjadi saksi bahwa saya dan para petani merica di Loeha dan Ranteangin tidak pernah diundang sosialisasi apalagi konsultasi publik sebelum Vale melakukan eksplorasi di kebun-kebun merica,” kata Resa, Sabtu (20/5).

Ia menjelaskan bahwa saat ini petani merica di Desa Loeha, Masiku, Ranteangin dan Bantilang sangat marah dengan PT. Vale Indonesia. Karena mereka masuk dan merusak jalan dan pohon-pohon merica petani.

Kemudian yang lebih buruknya, PT Vale Indonesia tidak menghormati kami sebagai petani dan perempuan-perempuan yang ada di desa. Mereka datang secara tiba-tiba lalu melakukan pengeboran sampai merusak kebun merica.

“Seluruh masyarakat Loeha Raya, khususnya petani merica dan perempuan-perempuan menuntut  CEO PT. Vale Indonesia, Febriany Eddy, untuk segera menghentikan eksplorasi di Tanamalia, khususnya di kebun merica,” kesal Resa.

Penolakan petani merica se-Loeha Raya terhadap perluasan tambang nikel PT. Vale Indonesia (WALHI Sulsel)

Kemudian, lanjut Resa meminta kepada PT. Vale Indonesia dan pemerintah agar menghapus konsesi tambang di pegunungan Lamuero atau Tanamalia.

Penghapusan tersebut mengingat ribuan petani, buruh tani dan perempuan sedang menggantungkan hidup di pegunungan itu.

Disisi lain, Salah satu anggota forum pemangku kepentingan Desa Loeha, Hamsin, menjelaskan bahwa PT Vale tidak pernah melakukan konsultasi publik dengan petani merica sebelum melaksanakan eksplorasi.

Menurutnya, PT. Vale hanya melakukan pertemuan di Kantor Desa Loeha dengan kepala desa Loeha, aparat desa dan lima orang anggota forum, dimana 3 orang diantaranya cenderung berpihak ke perusahaan

Kemudian, menurutnya lagi, pada saat pertemuan di Kantor Desa Loeha, tidak ada pembahasan yang spesifik membahas rencana eksplorasi. Bahkan PT. Vale tidak pernah menunjukan peta rencana eksplorasi di Tanamalia.

Sehingga menurutnya, tidak ada sosialisasi apalagi konsultasi publik perusahaan yang melibatkan petani merica di Desa Loeha maupun Desa Ranteangin.

Ia juga menjelaskan bahwa dirinya sudah keluar dari forum pemangku kepantingan tersebut. Dirinya keluar karena PT. Vale Indonesia tidak menjalankan permintaan forum sebelum melakukan eksplorasi. Selain itu, dirinya tidak mau mengorbankan ribuan petani merica di Loeha Raya.

“Sekarang saya keluar dari forum karena semua janji PT. Vale Indonesia tidak ada yang ditepati. Contoh Vale berjanji akan membangun jalan, jembatan sebelum melakukan eksplorasi. Namun kenyataannya tidak ada. Malah jalan yang dirintis dan dibangun masyarakat dirusak,” ungkap Hamsin.

Kemudian Vale berjanj akan menyelesaikan eksplorasi bulan Desember 2022, bila tidak selesai, Vale akan berdialog dengan petani. Buktinya tidak ada konsultasi publik antara perusahaan dengan masyarakat.

“Sekarang saya tidak percaya lagi dengan perusahaan. Saya tidak mau terus-terusan ditipu oleh perusahaan. Saya juga tidak mau mengorbankan nasib anak dan cucu saya, keluarga saya, teman-teman saya yang sudah sejahtera dari hasil merica. Sekarang saya ikut dengan petani merica untuk menolak perluasan tambang PT Vale Indonesia di Tanamalia,” tutupnya.