Ini Dia 3 tantangan Madikka Bua kepada Dato Sulaiman di Lapandoso

INDEKSMEDIA.ID — Lapandoso merupakan wilayah kekuasaan Madikka Bua, lokasi bersandarnya kapal Dato Sulaiman di Tana Luwu dalam proses penyebaran Islam abad 15-16 M.

Berita bersandarnya kapal Dato Sulaiman di Lapandoso itu didengar Madikka Bua oleh penyampaian seorang nelayan, Latti Wajo.

Maka dengan itu Madikka Bua mengutus salah seorang kurirnya, Langkae buku’buku untuk mengonfirmasi apa yang terjadi di Lapandoso.

Setelah mengunjungi Lapandoso, dan mendapati adanya kapal yang bersandar di sana, Langkae Buku’buku bersegera melaporkan ke Madikka Bua.

Maddika Bua pun mempersiapkan diri menemui mereka, bermaksud untuk mengetahui apa tujuan kedatangannya.

Monumen Lapandoso, Penanda jejak awal masuknya Islam di Tana Luwu melalui Dato Sulaiman (indeksmedia.id/Ali).

Sesampainya di sana, Maddika disambut oleh Dato Sulaiman bersama dua orang sahabatnya.

Dalam sambutan itu Dato Sulaiman dan pengikutnya menyampaikan kalimat “Assalamualikum warahmatullah wa barakatuh.”

Akan tetapi, Madikka Bua tidak menjawab salam karna dirinya tidak mengetahui apa maksud dari seruan para mubaligh tersebut.

Dalam pertemuan singkat tersebut, Dato Sulaiman mengajak Madikka Bua menaiki kapalnya.

Di situlah awal mula uji kesaktian antara Madikka Bua dengan Dato Sulaiman, dimulai dengan mengisi gentong (guci) dengan air.

Madikka Bua membalikkan gentong itu, tapi airnya tidak tumpah.

Kini giliran Dato’ Sulaiman memecahkan gentong tersebut. Namun pecahnya gentong tidak membuat air itu tumpah.

Mengherankannya, air tersebut masih mengikuti bentuk gentong.

Selanjutnya Madikka Bua menyusun tujuh telur, dan Dato Sulaiman meminta izin untuk mengambil satu telur yang mengantarai telur yang lain.

Mendecak kekaguman, telur itu pun tidak terjatuh.

Uji kesaktian terakhir, Maddika Bua mengurung ayam merah. “Ayam apa yang saya kurung ini?, Tanya Maddika Bua. Dato Sulaiman pun menjawab, “ayam yang Anda kurung itu berwarna putih.”

Dalam benak Madikka, “saya sudah menang.” Kemudian dibukalah kurungan tersebut, dan ayam itu berwarna putih seperti yang dikatakan Dato Sulaiman.

Berakhirnya uji kesaktian tersebut, Madikka Bua kemudian mengajak Dato Sulaiman dan para sahabatnya untuk turun dari kapalnya.

Maka berhasillah para mubalig itu menginjakkan kakinya di daratan Tana Luwu.

Akhirnya mereka pun tinggal beberapa waktu sebelum melanjutkan perjalanannya menemui raja Luwu La pattiware di Malangke. (Paya)

Sumber : Drs. Andi Abdullah Sanad Kaddiraja Opu to Sulolipu