INDEKSMEDIA.ID — Barangkali ada yang belum mengetahui budaya atau kebiasaan yang sering dilakukan sewaktu kecil.
Budaya itu adalah ucapan “hom pim pa alaihum gambreng.”
Budaya ini dilakukan pada masa kanak-kanak saat mereka ingin melakukan suatu persetujuan, atau ingin memulai suatu permainan.
Cara melakukannya adalah dengan menyebutkan kalimat hom pim pa alaihum gambreng sambil mengayunkan tangan dan memperlihatkannya kepada peserta.
Kata salah seorang dosen Universitas Cokroaminoto Palopo, arti kalimat tersebut begitu tinggi.
“Yaa barangkali banyak yang tidak tahu apa arti dari hom pim pa alaihum gambreng. Padahal maknanya begitu mulia,” kata Dr. Andi Karman kepada Indeksmedia.id, Rabu (3/5).
“Kalimat itu berasal dari bahasa Sansekerta, artinya ‘Dari Tuhan kembali ke Tuhan, ayo bermain’,” sambungnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa bermain tidak hanya bermain, tetapi ada awalan dari setiap permainan.
“Ada makna mulia dan kandungan kemanusiaan dalam ucapan itu, karena dalam bermain pun, manusia adalah milik Tuhan,” tegasnya.
Ternyata selama ini ada budaya dan kearifan mulia yang melekat dalam praktek-praktek tradisional.
Ini dikuatkan oleh salah satu Penulis, Peneliti, sekaligus Budayawan Sulawesi Selatan, Andi Rahmat Munawar.
Dalam diskusi Indeksmedia.id bersama dengan penulis buku To Ugi itu, ternyata ada pesan yang amat dalam.
Katanya, “budaya nenek moyang kita sebenarnya sangat berdekatan dengan alam dan memiliki semangat kearifan yang begitu luhur.”
Selain itu, kata dia, “saya menolak teori-teori Barat yang beranggapan bahwa budaya nenek moyang kita di Indonesia, khususnya di Tana Ugi dan Tana Luwu, itu beraliran animisme dan dinamisme,” tandasnya.
Dari sini, kita dapat melihat betapa pentingnya melestarikan budaya kita guna menampilkan dasar kemanusiaan.
(Aa)
