Mewujudkan Budaya Filsafat di Kota Palopo, Harapan Luhur Rumah Cinta Fatimah
INDEKSMEDIA.ID — Palopo adalah kota idaman yang memiliki budaya kemanusiaan.
Selain itu, Budaya Palopo adalah cinta akan pluralitas (perbedaan), yang menunjukkan betapa landasan kearifan di kota itu sangat mendalam.
Ditambah lagi, dengan adanya budaya filsafat dan rasionalitas di kota idaman tentu saja akan menambah kekokohan masyarakatnya.
Sebenarnya, filsafat sendiri mengandung arti penting yaitu hikmah, atau kearifan, di mana kota Palopo juga sangat jelas memiliki hal tersebut.
Salah satu landasan budaya atau kearifan kota Palopo, yang secara umum dipegang teguh oleh masyarakat Tana Luwu adalah sipakatau (saling memanusiakan).
Kata koordinator Rumah Cinta Fatimah (RCF) kota Palopo, bahwa saling memanusiakan adalah suatu praktek yang menunjukkan kesederajatan sesama dengan berbagai perlakuan yang menghargai, menjunjung tinggi martabat manusia.
“Palopo sendiri adalah pusat kerajaan Tana Luwu yang memiliki kearifan mendalam. Bagi saya, ini tidak mungkin lahir dari pemikiran yang sempit dan gamblang, tetapi lahir dari suatu spiritualitas yang tinggi,” tegas Nur Afika Piranti, kepada Indeksmedia.id, Selasa (2/5).
Katanya, “kekuatan ini adalah suatu landasan untuk melakukan praktik kemanusiaan, di mana hal ini adalah budaya manusia seluruhnya.”
Dirinya juga berkesimpulan, untuk mempertajam serta memunculkan budaya dan kearifan Tana Luwu, maka sudah sepantasnya mengangkatnya melalui pendiskusian yang mendalam, khususnya di bidang filsafat.
“Kalau kita ingin menggemakan kearifan dan budaya Tana Luwu, salah satu jalan yang menurut saya sangat penting adalah filsafat (hikmah) melalui diskusi yang rasional dan ilmiah,” tandasnya.
“Kelompok belajar RCF juga sudah dan sedang melakukan diskusi semacam ini di berbagai tempat, di kosa-kosan, Taman Baca, Taman Qur’an, dan khususnya berbagai kampus di kota Palopo,” sambungnya.
Nurfika, selaku kader RCF dan juga mahasiswa kota Palopo amat bersyukur sebab beberapa hari mendatang RCF Palopo akan membuka lagi diskusi tentang Teori Pengetahuan, Feminisme dan Filsafat Perempuan.
“Saya amat berterimakasih dengan adanya budaya literasi di kota Palopo, khususnya di bidang filsafat karena sangat membantu perkembangan intelektual kita,” katanya.
“RCF sendiri sudah banyak menyampaikan diskusi filsafat untuk kalangan mahasiswa, terkhusus Filsafat Perempuan dan Teori Pengetahuan. Saya kira ini adalah budaya yang perlu kita tumbukan bersama” bebernya.(Aa)