Inilah Kekejaman Jepang di Tana Luwu

INDEKSMEDIA.ID — Setelah Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 9 Maret 1942, disitulah Luwu, dan secara umum Indonesia dikuasai oleh Jepang.

Kedatangan bangsa Jepang di kawasan Luwu semula disambut dengan gembira oleh Andi Djemma selaku Datu Luwu bersama seluruh rakyatnya.

Hal tersebut terjadi karena Jepang dianggap sebagai saudara tua, sebagaimana propaganda yang terus disebarkan oleh Jepang, yang kabar itu telah sampai di Luwu sebelum Jepang menginjakkan kaki di Luwu.

Namun, apa yang dipropagandakan tersebut hilang begitu saja setelah Jepang beberapa lama berada di Luwu.

Kekejaman yang dilakukan Jepang pun mulai muncul dan semakin meresahkan rakyat Luwu. Di mana-mana terlihat kekerasan dan kekejaman Jepang.

Orang-orang Jepang menendang, memukul, menampar dan memperkosa wanita-wanita dengan tidak memandang bulu.

Bukan hanya tindakan kekejaman yang dilakukan oleh Jepang. Mereka juga memaksa rakyat Luwu untuk menyembah bendera dan sujud ke arah Matahari terbit dengan maksud menyembah “Tenni Heiko”, Mikado Jepang, setiap pagi.

Tindakan itu tentunya amat bertentangan dengan ajaran Islam yang dianut oleh sebagian besar rakyat Luwu. Apa yang dialami rakyat Luwu tersebut telah menumbuhkan kebencian dan dendam yang sangat mendalam.

Jepang pun kembali menampakkan kekejamannya dengan membunuh Tojabi yang dikenal sebagai tokoh perlawanan pada masa penjajahan Belanda. Ia dipukul dengan kayu hitam oleh Harada saat tiba di Palopo atas panggilan Jepang. Saat di dalam penjara, Tojabi tidak diberi makan selama sepuluh hari, hingga akhirnya meninggal.

Keberadaan Harada di Palopo ternyata semakin menjadikan rakyat dilanda ketakutan. Tak sedikit orang yang tidak bersalah menjadi korban kesewenang-wenangannya.

Dalam masa itu Jepang juga memberlakukan romusha (sistem kerja paksa). Akibatnya, penderitaan rakyat semakin lengkap. Jeritan kesakitan dan jeritan kematian terus terdengar sepanjang hari.

Suatu hal yang tidak disadari oleh Pemerintah Jepang bahwa tindakan mengeksploitasi tenaga rakyat dan sumber daya alamnya, telah menumbuhkan berbagai benih kebencian.

Dengan demikian, harapan untuk mendapatkan bantuan tenaga dari rakyat untuk menghadapi perang Asia Timur Raya akan semakin rumit. Terlebih rakyat juga telah mengetahui kabar mengenai terdesaknya tentara Jepang oleh sekutu. (Aa)

Referensi:
Ensiklopedia Sejarah Luwu, Idwar Anwar