Banjir di Luwu, Masmindo kah Penyebabnya? Lihat juga Klasifikasi Sebab dalam Filsafat

 

INDEKSMEDIA.ID – Hari ini terjadi banjir di Luwu, Sulawesi Selatan. Dampaknya tidak hanya kepada keluhan masyarakat karena banjir yang menimpanya, tetapi juga banyak cuitan yang lahir sekaitan dengan penyebab adanya banjir tersebut.

Beberapa orang beranggapan bahwa banjir ini melanda karena adanya jembatan yang tidak proporsional yang dibuat oleh PT. Masmindo Dwiarea yang terletak di Desa Kadundung, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu.

Ada juga sebagian orang yang berpendapat bahwa adanya banjir ini karena hadirnya beberapa tambang Ilegal di kawasan itu.

Kata salah satu aktivis Filsafat dan Lingkungan, Muhammad Ali Asytar, bahwa di sana tidak hanya Masmindo yang legal, tetapi juga ada enam (6) jumlah tambang ilegal yang kami identifikasi.

Tambang Ilegal di Desa Kadundung, Kec.Latimojong (Dok.Ali)

Barangkali inilah yang menyebabkan adanya banjir di sana. Tapi, apakah itu benar? Jawabannya bisa iya dan bisa tidak.

Sebagian berpandangan bahwa banjir itu bencana, dan bencana itu sendiri bisa saja alamiah, atau memang datang dari Tuhan.

Ada juga yang berpikir bahwa bencana itu datang dari Tuhan lantaran ulah manusia. Pandangan ini mensyaratkan bahwa mesti ada ulah manusia yang tidak proporsional terhadap alam dulu baru kemudian Tuhan menurunkan bencana.

Berbeda dengan pandangan yang menyimpulkan bahwa penyebab bencana itu adalah hal yang alamiah. Misalnya, gunung Merapi. Itu alamiah. Artinya, proses sirkulasi alami di kawasan tersebut.

Ada juga yang berpikir bahwa hadirnya bencana karena adanya penunggu kawasan itu, sebut saja dedemit atau dalam istilah kampung adalah “pakkampa tondok” (penunggu kampung) yang tidak sepakat dengan beberapa perlakuan manusia di kawasan itu.

Dari beberapa anggapan di atas, tentu saja akan rumit untuk menentukannya. Bagi saya, sebelum memberikan justifikasi terhadap apa yang menyebabkan terjadinya bencana, khususnya banjir yang hari ini terjadi di Luwu, sudah barang tentu kita bergegas mencari aspek-aspek alamiah di kawasan itu.

Misalnya, apakah memang benar karena adanya pembangunan jembatan yang tidak proporsional maka banjir itu terjadi?

Ataukah karena adanya beberapa tambang Ilegal maka banjir itu ada?

Atau bisa dipikirkan bahwa curah hujan begitu besar sehingga banjir itu datang?

Beberapa pertanyaan ini mesti terjawab terlebih dahulu sebelum kita mengalihkan pikiran kita kepada sebab-sebab yang lain.

Apabila sebab ilmiah tidak didapatkan saat terjadinya bencana, entah karena proses alamiah alam, ataukah karena perilaku manusia yang berlebihan ditambah kurangnya antisipasi mereka atas hadirnya bencana, maka ada sebab lain di luar dari aspek tersebut.

Katakanlah karena dedemit, pakkampa kampung, Tuhan, atau apapun yang keluar dari asas ilmiah (material).

Jadi, saran kita, marilah berhati-hati berkesimpulan tentang sebab-sebab di alam ini yang barangkali butuh penelitian akurat melalui ahlinya.

Kalau kita melihat beberapa klasifikasi menarik tentang sebab, kita bisa menelaah pemikiran filosof Islam kontemporer, Taqi Mishbah Yazdi, dalam Kitab Filsafat, bahwa sebab itu ada banyak.

Ada sebab eksternal, sebab internal, sebab alamiah, sebab eksklusif, sebab mendesak, sebab material, sebab formal, sebab efisien, sebab alamiah, sebab bersyarat, sebab tergantikan, sebab ilahiah.

Lalu, apa yang menyebabkan banjir? Mari sama-sama kita menelitinya dengan seksama. Karena saya bukan ahli dalam meneliti itu, biarlah saja Anda yang punya wewenang untuk menyimpulkannya.

Terimkasih, semoga bermanfaat

Penulis: Agung Ardaus (Aktivis Filsafat Islam Kota Palopo)

Komentar