INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Kisah Atlet Dayung yang Sumbangkan Medali Emas untuk Palopo Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni

Sungguh miris nasib seorang atlet dayung Kota Palopo yang tinggal di rumah tidak layak huni. Dok : Istimewa

PALOPO, INDEKSMEDIA.ID – Sungguh miris nasib seorang atlet dayung Kota Palopo yang tinggal di rumah tidak layak huni.

Ia adalah Sahrul Ashar, tinggal bersama ibu Hania (47) dan seorang adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Mereka hanya tinggal di sebuah gubuk dengan ukuran lima meter dan lebar empat meter dengan sebagian dindingnya mengunakan terpal.

Hania (Ibu Sahrul) mengaku, jika dirinya bersama anaknya telah tinggal di rumahnya itu kurang lebih 30 tahun.

“Sudah lama tinggal disini. Anak saya ada 5, namun tiga anak saya sudah berkeluarga. Dan kini saya hanya tinggal bersama dua anak saya,” katanya kepada awak media.

Pada Proprov di Kabupaten Sinjai dan Bulukumba lalu. Sahrul Ashar mampu menyumbangkan medali emas untuk kota Palopo.

Sahrul mengungkapkan, jika hadiah yang ia peroleh ia gunakan untuk merenovasi rumahnya yang jauh dari kata layak huni.

“Saya perbaiki rumah sedikit demi sedikit, itu hasil dari bonus sewaktu mendapat medali emas di Porprov baru-baru ini,” ungkapnya.

Meski telah menyumbangkan medali emas, dirinya mengaku hingga sampai saat ini kelurganya belum mendapatkan bantuan program perbaikan rumah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Palopo.

“Rumah ini miliki pribadi. Kemudian lahan ini milik saya. Sementara untuk bantuan program beda rumah sampai saat ini belum pernah didapatkan. Kalau bantuan berupa sembako biasa kami dapatkan,” terangnya.

Dirinya menambahkan, jika anggaran untuk perbaikan rumahnya itu hasil dari bonus dari kegiatan Porprov.

“Saya bantu ibu perbaiki tempat ini dari bonus saat pulang dari Sinjai Porprov kala itu dapat 2 emas dan 1 perunggu, jumlahnya Rp11 juta,” kata Sahrul.

Dia juga mengaku, jika dirinya terpaksa berhenti menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Kota Palopo.

Hal itu dikarenakan dirinya tak mampu membayar uang kuliah dan tak mendapat bantuan beasiswa.

“Saya berhenti kuliah di semester 1 kendala tak ada biaya dan tak ada beasiswa saya dapat. Sekarang jadi buruh di pelabuhan bantu biaya adik dan kebutuhan harian di rumah bersama ibu,” ucapnya.

Terkait program bedah rumah tersebut, Lurah Ponjalae, Gerhany Djafar, mengatakan, jika program tersebut belum tersentuh untuk keluarga Sahrul.

“Memang belum masuk daftar bedah rumah, tapi kalau bansos dia dapat, kami tetap mengupayakan,” katanya.

“Di Ponjalae ada kurang lebih 100 rumah tidak layak huni,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini