Suara Muliani Untuk Pemerintah, Hidup di Gubuk Reyot

PALOPO, INDEKSMEDIA.ID — Kota Palopo dikenal dengan visinya mewujudkan Palopo sebagai kota maju, inovatif dan berkelanjutan.

Menilik isu strategis Kota Palopo, lingkungan hidup, ekonomi & kesejahteraan rakyat dan sumber daya manusia.

Selain itu “Kota Jasa” julukan Palopo juga dikenal dengan tata kelola dan keramahan penduduknya.

Namun jauh dari kenyataan, masih terdapat beberapa titik kawasan kumuh dan jejeran rumah tidak layak huni.

Adalah, Muliani (36) warga Jl. Andi Tenriadjeng, Surutanga, Wara Timur terpaksa hidup ditengah ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hidup.

“Biasaji datang pencatat-catat ambil foto, dia bilang tunggu saja ibu nanti ada dari pemerintah tapi tidak ada juga bantuan,” ujarnya kepada Indeksmedia.id Jum’at (17/3/2023).

Demi menghidup anak-anaknya, Muliani hanya mengandalkan panggilan jasa sebagai pengikat rumput laut dan pemulung.

Kondisi rumah Ibu Muliani (Dok.Agung)

“Kerjanya orang di sini hanya ikat-ikat rumput laut kalau dipanggil lagi. Kadang juga jadi payabo-yabo (pemulung),” ungkap Muliani.

Bahkan, sebagian anak-anak mereka juga kerap terlihat di lampu merah sebagai peminta-minta berharap belas kasih pengguna jalan.

“Sudah saya larang, gantinya biasa saya suruh pungut gelas daripada pergi meminta-minta,” ujarnya lagi dengan mata berkaca-kaca.

Lebih jauh, dirinya tidak lagi terlalu berharap penuh kepada pemerintah dan orang-orang yang datang mendata, sebab tidak ada tindaklanjut.

“Kami disini tidak lagi berharap, karena hanya sebatas mendata dan ambil foto saja,” tutup Muliani.

Kondisi rumah di kawasan Malaja Cakalang jauh dari kata layak. Dinding sebagian rumah mereka menggunakan seng dan papan-papan bekas.

Begitu pula dengan kondisi atap rumah yang terbuat dari daun nipa yang juga bocor. Kondisi lingkungan buruk menjadi ancaman besar bagi kesehatan dan pertumbuhan anak-anak mereka. (*/AA)

Komentar