Ketua PBNU: Gerakan Perempuan Transformasi Masa Depan NU

INDEKSMEDIA.ID – 31 Januari 1926 Masehi atau 16 Rajab 1344 Hijriah di Surabaya adalah awal lahirnya Nahdlatul Ulama (NU).

Adalah KH. Hasyim Asy’ari pendiri karismatik dan bersahaja itu merupakan kakek dari pemikir kosmopolitan Abdurrahman Wahid “Gus Dur” begitu akrab disapa.

Selain KH. Hasyim Asy’ari, dikenal juga pendiri organisasi terbesar ini adalah KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH. Bisri Syansuri.

Seabad NU, menggelar rangkaian kegiatan yang mengguncangkan dunia.

Organisasi yang terbesar ini, saat ini dipimpin oleh seorang tokoh reformis, K.H. Yahya Cholil Staquf yang sering disapa Gus Yahya.

Dalam sambutannya di Malam Anugerah Satu Abad NU, di hadapan para tokoh pemikir nasional, dan para penggerak politik bangsa, Gus Yahya menyampaikan gagasannya yang kosmopolitan tentang perempuan.

“Dari hasil perenungan, pertimbangan dan diskusi yang dilakukan, kami kemudian merancang serangkaian kegiatan berupa sembilan macam kegiatan, yang disebut sembilan klaster kegiatan,” katanya.

“Kami menggelar apa yang kami sebut sebagai inisiasi strategi gerakan perempuan NU, yang diistilahkan sebagai NU Women,” tambah  K.H. Yahya Cholil Staquf.

Bahkan bagi ketua PBNU, ini merupakan hal yang mendasar untuk dilakukan.

“Ini adalah sesuatu yang bersifat fundamental karena kita ingin membangun strategi terkait dengan peradaban. Mau tidak mau, dalam rangka itu, kita dituntut juga untuk mampu melakukan sejumlah transformasi yang mendasar di dalam masyarakat termasuk transformasi wawasan sampai dengan transformasi pola pikir dan mentalitas masyarakat,” paparnya dikutip dari laman YouTube TVNU.

Bagaimana metode untuk mendorong transformasi ini disampaikan dengan sangat sederhana oleh ketua PBNU.

“Kita tidak bisa memiliki pilihan lain selain harus menempatkan perempuan di garis depan, karena perempuan adalah ibu. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya,” ungkap Yahya Cholil Staquf.

Inilah idealisasi gerakan perempuan yang akan menjadi jalan transformasi masa depan Nahdatul Ulama.

Diketahui, ada banyak gerakan perempuan di Indonesia, tidak terkecuali gerakan feminisme.

Gerakan ini dianggap adalah gerakan yang dikecambambahi dari hasil pemupukan berbagai gerakan yang ada di Amerika Serikat dan negeri Eropa.

Karena itu, perlu adanya dialog intens antara gerakan perempuan NU dan gerakan feminisme yang juga berkembang di Indonesia untuk mendorong kemajuan perempuan, baik di tingkat daerah, nasional dan internasional. (*/Cca)

Komentar