INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Belajar dari Keberadaan Pusara Sunan Ampel “Sumber Rejeki Warga”

Makam Sunan Ampel (Ist)

INDEKSMEDIA.ID – Berada dekat dengan Masjid yang dibangunnya sendiri pada tahun 1421 di sanalah letak pusara atau makam Sunan Ampel berada.

Sunan Ampel seorang wali dan adipati Surabaya itu wafat pada tahun 1481 di Demak.

Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat adalah nama aslinya. Lahir di Vietnam Kerajaan Champa tahun 1401.

Kerajaan Champa hadir bersamaan dengan Kerajaan Funan, asal muasal Kerajaan Khmer di Kamboja.

Raden Rahmat anak dari salah satu dari sembilan wali, Maulana Malik Ibrahim atau yang dikenal sebagai sunan Gresik (Maulana Maghribi).

Misinya untuk membawa Islam di Indonesia begitu cepat, memengaruhi kebudayaan masyarakat nusantara.

Makam Sunan Ampel sendiri dipercaya mampu memberikan perasaan mistis bagi masyarakat yang berkunjung.

Salah seorang peziarah mengungkapkan bahwa suasana harmonis masih  menyelimuti makam Sunan demikian pula kental hal-hal mistis

“Mas, di sini itu budayanya bagus. Sekalipun ada sebagian orang yang tidak sependapat dengan adanya tradisi mistis pusara ini,” ucap Roni kepada Indeksmedia.id via Whatsapp, Senin (6/3/2023).

Lanjut Roni, jika berkunjung hanya untuk berziarah tidak perlu meminta izin. Namun jika berkepentingan lain (suprantaural) wajib memakai perantara.

“Jadi, karena Sunan Ampel sendiri berdakwah membawa ajudan, dia berwasiat untuk berjumpa terlebih dahulu kepada mereka sebelum ke makam Sunam Ampel,” urainya.

Pusara Sunan Ampel untuk dikunjungi sebaiknya pada malam Jum’at. “Itu tadi mas, syaratnya harus ketemu sama yang lain dulu,” ungkap Roni.

“Harus ketemu sama Boto Poteh Sentono dan harus ke kembang kuning mas sebagai kediaman awal Sunan Ampel,” tambahnya lagi.

Diketahui, daerah Makam Sunan Ampel dimanfaatkan sebagian warga mendirikan UMKM.

Sekalipun banyak yang tidak sepakat dengan keberadaan para pengais rejeki dengan memanfaatkan kehadiran para peziarah.

“Jadi bukan soal sepakat atau tidak, tapi di sini ada keuntungan, yang terpenting tidak membuat kacau. Dan karena itu, di sini, tidak semua orang datang berziarah,” ujar Roni,

Sedikit menceritakan sewaktu mantan Presiden Indonesia ke empat berkunjung ke tempat yang akhirnya ramai dikunjungi para turis.

Hingga akhirnya berdampak pada kegiatan ekonomi dan perkenalan kebudayaan masyarakat Jawa.

“Saat itu mas, belum ada orang yang sama sekali mengetahui pusara Jaka Tingkir. Jaka Tingkir juga masih memiliki hubungan darah dengan Gus Dur. Saat Gus Dur kesana, di Lamongan, Gus Dur memberikan informasi kepada masyarakat setempat bahwa di situ ada kuburan Joko Tingkir,” pungkasnya.

“Akhirnya banyak orang yang kesana, ziarah, silaturrahmi, dan sekaligus berjualan. Dan hasilnya tempat itu sampai sekarang ramai,” tutup Roni.

Jadi, di sini kita bisa belajar. Mungkin kita tidak banyak menghargai orang yang telah tiada. (*/Agung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini