“Masjid Tua” Palopo dan Makna Dibalik Kesederhanaannya

PALOPO, INDEKSMEDIA.ID – Indonesia adalah negara yang penuh dengan kebudayaan dan artefak serta bangunan bersejarah yang unik.

Salah satunya, Masjid Tua Palopo peninggalan Kerajaan Luwu terletak di tengah-tengah kota Palopo, berdekatan dengan Istana Langkanae.

Bangunan ini didirikan Raja Luwu, Datuk Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah Matinroe pada tahun 1604 Masehi.

“Masjid ini berdiri tahun 1604 dan masih kental dengan hal-hal gaib. Bentuknya sederhana dan belum banyak berubah,” kata Andi Baso Opu to Bau kepada Indeksmedia.id Minggu (5/3/2023).

Menurutnya, salah satu ciri khas orang Luwu terdahulu adalah sederhana dan menyukai hal-hal yang mulia begitu pula dengan Kerajaan Luwu yang bentuk bangunannya tidak besar.

“Jadi orang-orang Luwu itu memang sederhana nak,” tambah Andi Baso Opu to Bau yang juga salah satu pengelola Masjid Tua.

Ditambahkan pengurus lainnya, perihal bahan bangunan Masjid ini menggunakan batu cadas yang direkatkan menggunakan putih telur dan tiang penyanggah-nya dari kayu cinnaduri (cinna gori),” sahut Yunus Muslimin.

“Arsiteknya juga orang muslim dari negeri cina bernama kung mante. Jadi sejak dulu kita sebagai orang luwu dan orang cina ada hubungannya,” ujarnya.

Bahkan lanjut Yunus, sebelum orang-orang datang ke Masjid ini dan menyentuh penyanggah utamanya, belum bisa dikatakan sah sudah menginjakkan kaki di Palopo atau Tana Luwu.

“Banyak juga orang yang meyakini begitu karena memang ini salah satu tanda sejarah Luwu yang sangat luar biasa,” tutup Yunus.

Sekadar diketahui, Masjid yang dinamai Jami’. Sejak berdiri belum ada perubahan fisik yang mencolok. Hal ini menunjukkan bahwa struktur bangunannya tetap kokoh dan asli.

Luwu memang memiliki kearifan (wisdom) yang mencengangkan. Seperti tutur tentang “sipakatau” yang berarti “saling memanusiakan”. Inilah salah satu prinsip hidup orang-orang Luwu.

Apabila ada orang-orang yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan prinsip orang Luwu, seharusnya memang dibantu. Karena saling memanusiakan adalah prinsip fitrah manusia yang tidak lekang oleh waktu. (*/Agung)

Komentar